SAGU DAN BUAH MERAH  :  PERAN ANTIOKSIDAN DAN MANFAAT KESEHATAN PANGAN LOKAL DARI ALAM PAPUA 

Indonesia merupakan negara yang  kaya  akan keragaman sumber daya alam hayati dan budaya. Diantara keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah jenis pangan lokal dan variasi menu olahan dari pangan lokal tersebut.  Keistimewaan pangan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia adalah beragam dan  disukai oleh masyarakat serta mudah diperoleh di seluruh wilayah Indonesia.  Menurut UU Pangan Nomor 18 Tahun 2012 disebutkan terminologi pangan lokal adalah pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal.  Pangan lokal juga sangat berperan sebagai bagian dari sistem pangan nasional karena potensi pangan lokal sangat besar untuk peningkatan kwalitas gizi  masyarakat dan ketahanan pangan.

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah merupakan  potensi besar dalam menjaga ketahanan pangan. Papua dengan kekayaan alam yang melimpah merupakan salah satu wilayah  dengan  kontribusi signifikan dalam ketahanan pangan dengan dua komoditas unggulan yaitu sagu dan buah merah. Selain berperan sebagai sumber karbohidrat dan nutrisi,  bahan pangan dari Papua ini juga memiliki potensi besar bagi kesehatan terutama sebagai sumber antioksidan alami.

Sagu: Pangan Lokal  Sumber Karbohidrat Kompleks

Sagu (Metroxylon sp) merupakan tanaman berbiji satu (monokotil)  yang berasal dari famili palmae dan  berperan sebagai salah satu sumber karbohidrat kompleks yang telah lama menjadi bagian integral dari budaya pangan di berbagai wilayah, terutama di Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik termasuk Indonesia seperti di daerah Maluku atau Papua yang menjadikan sagu sebagai makanan pokok.  Tanaman sagu dapat tumbuh di daerah rawa atau di lahan  marjinal. Daya adaptasi tanaman sagu terhadap lingkungan yang  beragam memungkinkan tanaman ini menjadi  pilihan yang tepat untuk menjaga ketahanan pangan, terutama di daerah yang sulit dijangkau atau memiliki kondisi lingkungan yang kurang mendukung.

Sejak dulu  sagu memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial budaya masyarakat  Papua.   Sagu menghidupi masyarakat pesisir, di samping umbi-umbian dan pisang.   Bagi masyarakat di Tanah Papua,sagu lebih dari sekedar sumber makanan. Sagu ibarat ibu yang mencukupi kebutuhan dan menghidupi. Hutan sagu memiliki empat manfaat utama bagi kehidupan masyarakat Papua, yaitu sebagai sumber pangan, sandang, papan,  dan ekosistem. Sagu juga memiliki nilai filosofis dan  melekat kuat dalam segala sendi kehidupan dan budaya masyarakat Papua. Seluruh bagian dari pohon sagu bisa dimanfaatkan untuk menopang kehidupan. Mulai dari batang pohon sagu yang bisa menghasilkan tepung sagu, daunnya dipakai untuk atap dan dinding rumah, hingga hamanya, yaitu ulat sagu yang juga dapat dikonsumsi sebagai sumber protein.

 Saat ini sagu semakin   banyak dilirik dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan industri. Sagu memiliki keunggulan komparatif terhadap bahan pangan lain (keladi, singkong, padi, gandum atau serealia) seperti dipanen dan diolah tanpa mengenal musim, produktivitas pati tinggi dan dapat disimpan dalam rentang waktu yang lama.  Sagu mengandung  kalori cukup tinggi (353 kkal per 100 g bahan) karena kaya karbohidrat kompleks. Dalam 100 gram tepung sagu kering rata-rata mengandung 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat serta beberapa mineral seperti zat besi (Fe), kalsium (Ca) dan fosfor (P). Kandungan karbohidrat kompleks dalam sagu memberikan berbagai manfaat kesehatan yang signifikan bagi tubuh.  Dengan demikian, sagu bukan hanya sumber energi, tetapi juga mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Karbohidrat kompleks pada sagu  memiliki struktur molekul yang lebih panjang dibandingkan karbohidrat sederhana. sehingga membutuhkan waktu lebih lama saat dicerna  mengakibatkan pelepasan energi terjadi secara bertahap (Karim et al., 2018). Manfaat lain  karbohidrat kompleks sagu memiliki keunggulan  indeks glikemik yang lebih rendah. Ini berarti konsumsi sagu tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi penderita diabetes atau mereka yang sedang menjalani program pengaturan berat badan, karena dapat membantu menjaga kestabilan kadar gula darah. Penelitian telah membuktikan  bahwa konsumsi karbohidrat kompleks seperti sagu berkorelasi dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular (Ahmad et al., 2019).

Sagu juga mengandung serat pangan yang berperan penting dalam kesehatan pencernaan. Serat ini membantu melancarkan proses pencernaan dan mencegah konstipasi. Selain itu, serat dalam sagu juga memberikan rasa kenyang yang lebih lama, sehingga dapat membantu mengendalikan nafsu makan dan mendukung program penurunan berat badan. Pemanfaatan sagu sebagai sumber karbohidrat kompleks juga mendukung diversifikasi pangan. Di tengah ketergantungan yang tinggi terhadap beras dan gandum, sagu hadir sebagai alternatif pangan yang menyehatkan dan berkelanjutan. Keunggulan lain dari sagu adalah tidak mengandung gluten  (protein) yang dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi sebagian  orang. Gluten telah dikaitkan dengan berbagai penyakit, seperti artritis rematik, diabetes melitus tipe 1, obesitas, dan resistensi insulin (Soares et al., 2012). Selain itu, gluten dapat menimbulkan reaksi buruk pada anak-anak dengan autisme, seperti hiperaktif, agresif, dan gangguan pencernaan (Winarti, 2021). Oleh karena itu, adanya modifikasi pangan modern yang mengandung sagu merupakan  alternatif tepung bebas.gluten. Pengolahan sagu menjadi berbagai produk pangan modern dapat meningkatkan nilai tambah dan daya tarik sagu bagi  masyarakat.

Perkembangan teknologi pengolahan pada industri pangan atau non pangan membuka  berbagai peluang  pemanfaatan sagu, antara lain :

a.Industri Pangan Sagu dapat diolah menjadi berbagai produk pangan, dari makanan tradisional ( ditemukan pada berbagai daerah Nusantara antara lain empek-empek, bakso, bagea, mutiara sagu, dunui atau hinole) hingga produk modern seperti mie instan dan biskuit (cookies) atau sirup glukosa. Modifikasi pati sagu juga menghasilkan karakteristik fungsional yang diinginkan untuk berbagai aplikasi pangan (Chen et al., 2019).

b. Industrial Pati sagu  non-pangan, seperti produksi bioplastik dan bahan perekat ramah lingkungan (Lee et al., 2020).

Berdasarkan uraian potensi dan manfaat kesehatan yang luar biasa  dari sagu, pengembangan sagu masih memiliki kendala atau tantangan seperti keterbatasan teknologi pengolahan yang baik (di tingkat petani), minimnya standardisasi produk serta penelitian dan pengembangan  produk sagu yang masih sangat terbatas.  Akan tetapi,seiring dengan  meningkatnya kesadaran akan pentingnya diversifikasi pangan,  sagu memiliki prospek yang menjanjikan sebagai sumber karbohidrat masa depan.

Buah Merah dan Antioksidan

 Buah merah (Pandanus conoideus) merupakan salah satu kekayaan pangan lokal Indonesia yang berasal dari Papua dan memiliki potensi besar dalam bidang kesehatan. Tanaman khas Papua ini menghasilkan buah eksotis berbentuk lonjong dan dominan berwarna merah.  Tumbuhan ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Papua sebagai bahan pangan dan obat tradisional. Perkembangan penelitian pada buah merah memberi informasi yang sangat menggembirakan bagi industri farmasi karena buah merah  telah terbukti memiliki berbagai kandungan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan terutama sebagai sumber antioksidan alami.

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, melindungi sel-sel dari kerusakan, dan menjaga keseimbangan dalam tubuh. Sumber antioksidan bisa diperoleh  dari vitamin dan mineral serta senyawa fitokimia yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.

Antioksidan pada buah merah diperoleh dari  bulir-bulir (drupa)  bewarna merah yang melekat pada tongkol buah merah.  Warna merah  yang khas ini berasal dari pigmen karotenoid, terutama β-karoten dan α-karoten, yang merupakan prekursor vitamin A dan juga berperan sebagai antioksidan kuat.

Hasil penelitian dari Sarungallo et al (2015) menyatakan bahwa kompoisisi nutrisi buah merah sangat baik.  Selain mengandung  lemak, karbohidrat, protein, serat, vitamin dan mineral, ternyata pada buah merah kandungan senyawa bioaktif antioksidan paling tinggi terutama beta karoten, tokoferol dan berbagai senyawa fenol.  Dalam 100 gram buah merah terdapat sekitar 12.000 ppm total karotenoid dan 7.000 ppm beta-karoten. Seiring dengan Penelitian lain juga membuktikan daya aktivitas antioksidan yang kuat dari ekstrak buah merah memiliki nilai IC50 yang rendah (Rohman et al., 2018). Seiring pesatnya penelitian ( in vivo dan in vitro) yang telah dilakukan untuk mengkaji daya aktivitas  dan mekanisme kerja,antioksidan,   senyawa bioaktif dari buah merah ternyata mampu menangkap radikal bebas dan menghambat peroksidasi lipid dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan endogen . Hasil penelitian lebih lanjut membuktikan beberapa manfaat kesehatan dari ekstrak buah merah antara lain aktivitas anti kanker dan anti inflamasi (senyawa bioaktif  dalam buah merah memiliki kemampuan untuk menurunkan markers inflamasi dan mengurangi stress oksidatif) ( Winarto et al., 2017) serta meningkatkan sistem imun tubuh.

Prospek pengembangan buah merah sangat menjanjikan  dan minat masyarakat global semakin meningkat pada produk pangan fungsional maka  buah merah yang berasal dari kekayaan alam Papua memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai suplemen Kesehatan, bahan pangan fungsional, bahan baku industri farmasi dan kosmetik Pengembangan buah merah sebagai pangan fungsional dan bahan baku industri kesehatan perlu didukung dengan penelitian lebih lanjut dan standardisasi proses produksi.

Kombinasi sagu dan buah merah dalam pola makan masyarakat Papua yang sudah berlangsung turun temurun  merupakan contoh ideal pemanfaatan sumber daya lokal untuk mencukupi kebutuhan pangan dan nutrisi. Sagu menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi utama, sementara buah merah menyumbang antioksidan, vitamin, dan mineral yang penting untuk menjaga kesehatan. Keduanya juga memiliki potensi untuk diolah menjadi berbagai produk turunan yang bernilai ekonomi, mulai dari makanan tradisional hingga produk kosmetik dan kesehatan. Dengan pengelolaan yang tepat dan dukungan dari pemerintah serta berbagai stakeholder,, sagu dan buah merah dapat menjadi pilar penting dalam mewujudkan Indonesia yang sehat, kuat, dan berdaulat pangan.

Referensi

  1. Chen, X., et al. (2019). “Modern Applications of Sagu Starch: A Review.” Food Chemistry, 301, 125249.
  2. Karim, A. A., et al. (2018). “Nutritional Value and Health Benefits of Sagu Starch.” Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety, 17(5), 1035-1046.
  3. Lee, S. Y., et al. (2020). “Industrial Applications of Sagu Starch: Current Status and Future Prospects.” Carbohydrate Polymers, 235, 115932.
  4. Rohman, A., Riyanto, S., & Utari, D. (2018). Antioxidant activities, total phenolic and flavonoid contents of ethyl acetate extract of Pandanus conoideus fruit and its fractions. Indonesian Journal of Pharmacy, 29(1), 9-15.
  5. Sarungallo, Z. L., Hariyadi, P., Andarwulan, N., & Purnomo, E. H. (2015). Analysis of α-cryptoxanthin, β-cryptoxanthin, α-carotene, and β-carotene of Pandanus conoideus oil by high-performance liquid chromatography (HPLC). Procedia Food Science, 3, 231-243.

Manokwari, 29 Januari 2025   

Penulis  : 1.  Risma Uli Situngkir, SP.,M.Si *

2. Herlyn Winda  Wie Leba, S.Gz., M.P*   

*1,2 (Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua)

Berita Populer

Feed terbaru iG Universitas Papua