AKADEMISI DR. PETRUS DIMARA TUNTUT BEM UNIPA ATAS PENCEMARAN NAMA BAIK

Manokwari-Papua Barat. www.unipa.ac.id (29/4) Dr. Petrus Dimara, seorang akademisi Universitas Papua (Unipa) yang saat ini menjabat sebagai wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan,  mengumumkan niatnya untuk menuntut Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unipa terkait dugaan pencemaran nama baik. Tindakan ini diambil setelah namanya di  dicemarkan oleh BEM Unipa terkait insiden yang terjadi di Fakultas Kehutanan yang yang dianggap merugikan reputasinya. Seperti yang di kabarkan oleh media : https//:www.papuamala.walpress.com  pada tanggal 28 April  dengan judul Akademisi UNIPA Mengacam Mahasiswa Ujaran Kebencian Dr. Petrus A. Dimara, S.Hut, M.Si.

Penggalan berita itu disebutkan ”NABIRE – Universitas Papua sangat menyayangkan dan mengecam keras ujaran kebencian yang dilontarkan oleh Dr. Petrus A. Dimara, S.Hut.,M.Si ucapan “BINATANG” terhadap mahasiswa Universitas Papua saat pembagian selebaran aksi demonstrasi damai di setiap Fakultas di Universitas Papua. (28/4/2025)”

Dr. Dimara menyatakan, “Saya merasa sangat dirugikan oleh tuduhan yang tidak berdasar ini. Nama baik saya sebagai akademisi harus dilindungi.” Apalagi foto saya di pampang depan dengan tulisan S1 Universitas Papua, S2 Universitas Gadja Mada BIDANG KEBINATANGAN. Ini sudah sangat menghina saya.

Kronologis kejadian “Ketika mahasiswa menempelkan selebaran aksi demo, saya sudah memberikan izin namun, respon mereka sangat tidak sopan. Mereka membentak saya dan menggunakan kalimat yang tidak sepatutnya diucapkan oleh seorang mahasiswa kepada dosen, apalagi saya sebagai Wakil Dekan III,”  ini rumah saya setidaknya minta ijin kepada tuan rumah jangan asal main serobot seakan-akan kalian lebih berkuasa dari kami sebagai pimpinan Fahutan. ungkap Dr. Dimara.Beliau melanjutkan, “Ini seperti tamu yang memasuki rumah orang lain dan kemudian membentak tuan rumah. Di mana etika mereka sebagai mahasiswa? Apakah ini yang kita sebut perilaku akademis yang baik?”

“Saya mengakui bahwa saat itu saya emosi dan mungkin mengeluarkan kata-kata yang tidak seharusnya. Namun, saya sudah meminta maaf kepada mereka saat itu juga. Kenapa hal ini masih terus dipublikasikan dan mencemarkan nama baik saya?” tanya Dr. Dimara dengan nada penuh keheranan.

Beliau menambahkan bahwa permintaan maaf tersebut dilakukan dalam semangat untuk menyelesaikan masalah dan menjaga hubungan baik antara dosen dan mahasiswa. “Saya berharap kita bisa melanjutkan diskusi dengan baik, bukan memperburuk situasi dengan menyebarkan isu yang tidak benar,” ujarnya.

Kendati demikian, pernyataan Dr. Dimara tidak menghentikan viralitas isu tersebut, yang kini menjadi topik hangat di kalangan mahasiswa dan masyarakat kampus. Banyak yang mempertanyakan etika dari tindakan BEM yang mempublikasikan insiden ini secara luas, meskipun telah ada permintaan maaf.

Dr. Dimara menegaskan bahwa ia merasa sangat di rugikan dengan pemberitaan tersebut. Ia telah mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung klaimnya dan akan melalui jalur hukum untuk menegakkan haknya. “Saya berharap tindakan ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak tentang pentingnya bertanggung jawab atas informasi yang disampaikan” tambahnya.

sampai berita ini di turunkan Wakil Rektor III Universitas Papua (Unipa) Dr. Simson Werimon, SE, M.Si kini mengambil langkah aktif untuk melakukan mediasi antara Dr. Petrus Dimara dan pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dalam upaya mencari solusi yang tepat untuk mengakhiri insiden yang telah menciptakan ketegangan di kampus Unipa.

Wakil Rektor III menegaskan komitmen universitas untuk menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan beretika. “Kami sedang berusaha mengedepankan dialog yang konstruktif guna menyelesaikan permasalahan ini. Kami percaya bahwa ilmu harus selalu digunakan untuk kemanusiaan, dan untuk itu, komunikasi yang baik sangat penting,” ungkapnya. Mediasi ini diharapkan dapat meredakan ketegangan yang muncul dan mengembalikan fokus pada tujuan akademis.

Wakil Rektor III juga mengingatkan bahwa kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi semua mahasiswa dan dosen mengenai pentingnya etika komunikasi dan saling menghormati. “Kami ingin menjadikan universitas ini tempat di mana setiap orang dapat berbicara dan didengar dengan cara yang baik,” tambahnya.

Dengan upaya mediasi yang sedang berlangsung, diharapkan insiden ini dapat diselesaikan dengan cara yang memuaskan bagi semua pihak dan mengembalikan suasana akademis yang kondusif di Unipa.

Ilmu Untuk Kemanusiaan” (m/i)

Berita Populer

Feed terbaru iG Universitas Papua