Manokwari- Papua Barat. www.unipa.ac.id (3/12)- Para mahasiswa beserta dosen Universitas Papua (Unipa) pada hari Selasa (03/12/24) berkumpul dalam sebuah forum diskusi hangat untuk membedah dan merayakan peluncuran buku Dunia Petualangan, sebuah antologi cerita anak dan puisi yang ditulis oleh Estiani Ambarwati bersama beberapa penulis lainnya.

Kegiatan yang dilaksanakan disalah satu ruang Kuliah fakultas Sastra Unipa ini, tidak hanya menjadi ajang peluncuran buku, tetapi juga ruang apresiasi dan diskusi mendalam mengenai pentingnya literasi anak dan imajinasi sebagai medium pembelajaran karakter. Sebagai penulis utama buku ini, Estiani Ambarwati hadir secara langsung dan membuka diskusi dengan membagikan latar belakang proses kreatif penulisan.
“Buku ini lahir dari ruang kelas, ruang dialog, dan ruang hati,” ujar Estiani dalam sambutannya. buatkan berita “Saya ingin anak-anak tahu bahwa setiap cerita yang mereka alami, sekecil apa pun, bisa menjadi kisah berharga. Mereka hanya perlu percaya bahwa suara mereka penting.”
Buku Dunia Petualangan merupakan kumpulan cerita pendek dan puisi yang mengangkat pengalaman sehari-hari anak-anak dalam balutan petualangan, nilai moral, dan semangat gotong royong.
Dalam sesi tanya jawab, topik berkembang pada pentingnya penyadaran literasi sejak usia dini. Estiani menekankan bahwa karya ini juga merupakan bagian dari upaya memperkuat gerakan literasi anak di Papua Barat.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam proses penyusunan naskah, para kontributor tidak hanya menulis, tetapi juga diajak berdiskusi tentang struktur cerita, penggunaan bahasa yang komunikatif, dan cara menyampaikan pesan dengan jujur namun menyenangkan.

Salah satu hal yang menarik dalam diskusi ini adalah pembahasan tentang bagaimana cerita anak bisa menjadi bentuk ‘perlawanan lembut’ terhadap tantangan sosial yang dihadapi anak-anak masa kini. Mulai dari ketimpangan sosial, kekerasan verbal, hingga kurangnya ruang bermain.
Dalam cerita Mince dan Gawainya, misalnya, pembaca diajak menyelami dilema anak yang kecanduan gawai dan harus menjalani konsekuensi dari pilihannya. Sedangkan dalam Kelinci Petualang, kisah tentang kelompok kelinci yang berani menelusuri lubang misterius menggambarkan pentingnya kerja sama dan kepemimpinan dalam menghadapi ketakutan.
Menurut Estiani, “Cerita anak tidak selalu harus menggurui. Kadang ia cukup menjadi cermin kecil, menunjukkan dunia sebagaimana adanya, dengan imajinasi sebagai jembatan.”
“Ilmu Untuk Kemanusiaan” (m/i)