Manokwari, Papua Barat – Dr. Nibrod Agustinus Adiratna Rumayomi, salah satu lulusan pascasarjana Universitas Papua (UNIPA), meraih gelar doktor pada 13 Agustus, bersamaan dengan 422 wisudawan lainnya. Acara wisuda dilaksanakan di aula UNIPA Manokwari dan diakhiri dengan predikat sangat memuaskan.

Nibrod, yang merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara, adalah putra Bapak Denisius Rumayomi, seorang pensiunan pegawai Fakultas Pertanian dan Universitas Papua. Bapak Denisius, yang pensiun pada tahun 2005, dikenal sebagai pegawai yang sangat loyal terhadap pimpinan.

“bangga sekali hari ini anak saya wisuda S3. Jika bukan karena campur tangan Tuhan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Dari sembilan anak, lima di antaranya telah meraih gelar magister, tetapi saya merasa ada yang kurang jika tidak ada yang meraih gelar doktor,” ungkap Bapak Denisius dengan penuh semangat.

Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Rektor Hugo Warami dan seluruh civitas akademika UNIPA atas dukungan dan bimbingan yang diberikan hingga anaknya lulus.

Bapak Denisius menceritakan asal usul nama “Adiratna”, yang ia temukan dalam sebuah buku dan berarti keberkahan atau permata. Ia berharap nama tersebut dapat mewujudkan harapannya, dan hari ini harapan itu terwujud. katanya.

Turut hadir dalam acara syukuran adalah Prof. Dr. Agustinus Murdjoko, S.Hut, M.Si, salah satu Guru Besar Kehutanan yang berperan besar dalam kelulusan Dr. Nibrod. dan wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unipa, Dr. Simson Werimon, SE, M.E

Dalam sambutannya, Dr. Nibrod mengungkapkan rasa syukur atas pencapaiannya dan berterima kasih kepada semua pihak yang mendukungnya. “Setiap kerja keras pasti akan membuahkan hasil. Semua ini tidak terlepas dari dukungan keluarga, orang tua, dan bimbingan dari kampus. Terutama, dukungan semangat dari istri dan anak-anak yang relah saya tinggalkan demi menyelesaikan studi,” katanya dengan haru.

Dorongan dari istri dan ayahnya menjadi motivasi terkuatnya untuk terus melangkah. “Kalau kaki sebelah sudah melangkah, harus maju sampai berhasil. Jangan mundur,” kata istri Nibrod yang selalu memberi semangat saat ia mempertimbangkan untuk mundur dari pendidikan.

“Kalau sudah mendayung, jangan balik. Kendala bukan alasan untuk mundur, tapi sebagai penyemangat sampai sukses.” Pesan ayahnya pada suatu senja di pantai Amban sambil bakar ikan hasil tangkapan mereka,
“Ilmu untuk Kemanusiaan”
(m/i)