“FAKULTAS MIPA UNIPA, Tuan Rumah Konferensi Internasional Pertama tentang Keragaman Hayati dan Teknologi di Papua”

Manokwari, Papua Barat.www.unipa.ac.id – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Papua (MIPA-UNIPA) mendapat kepercayaan untuk menjadi tuan rumah seminar internasional mengenai keragaman hayati, ilmu pengetahuan, dan teknologi (PICoBNST) tahun 2025, dengan tema The 1st Papua International Conference on Biodiversity, Natural Sciences, and Technology (PICoBNST 2025)

Kegiatan akan berlangsung selama dua hari, (Kamis-Jumat, 23-24 Oktober), secara onsite dan online, diikuti oleh 250 penulis dari sembilan negara: Indonesia, Australia, India, Jepang, Belanda, Algeria, Uni Emirat Arab, Rusia, dan Amerika Serikat.

Delapan pembicara, dari delapan negara akan hadir dalam acara ini. “Kami merasa terhormat dapat menghadirkan narasumber utama dan tamu istimewa dari berbagai institusi bergengsi di dunia, yang akan memperkaya diskusi ilmiah dan memperluas jejaring akademik global,” ungkap ketua panitia pelaksana Dr. Richard Lewerissa, S.Si., M.Sc.

Dalam laporannya, Abang Richard menyampaikan, tujuan penyelenggaraan konferensi internasional ini adalah sebagai forum pertukaran ide, hasil penelitian, dan pengalaman ilmiah lintas disiplin. Konferensi ini juga bertujuan untuk memperkuat kolaborasi riset antara akademisi, praktisi, dan peneliti nasional maupun internasional,

serta mengintegrasikan sains modern dengan pengetahuan lokal dalam upaya konservasi dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, konferensi ini diharapkan dapat menghasilkan publikasi ilmiah bereputasi melalui kerja sama dengan BIO Web of Conferences (EDP Sciences, Prancis) yang terindeks Scopus.

Rektor UNIPA, yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Dr. Yusuf Sawaki, S.Pd., MA, dalam sambutannya menyatakan, “Kita semua harus mengakui bahwa pengetahuan lokal adalah kekayaan intelektual yang harus dihormati dan dilindungi, bukan hanya untuk pemiliknya.”

Konferensi ini adalah ruang yang diperlukan di mana ketiga tema (Budaya, Teknologi, Agama) dibahas, di mana kebijaksanaan masyarakat adat dan penelitian dapat bertemu dan bergerak maju bersama. “Selama dua hari ini, saya tantang Anda untuk melakukan lebih dari sekadar berjejaring dan mendengarkan. Saya mengajak Anda untuk menjadi rekan pencipta yang tepat dari jalur terintegrasi untuk sains, teknologi, dan agama,” kata Kakak Ucu, panggilan akrab untuk Dr. Yusuf Sawaki.

Ketika Anda mendengar ide-ide baru, tanyakan bagaimana teknologi dapat menerapkan pengetahuan lokal. Ketika Anda melihat data ilmiah, tanyakan apakah data tersebut mencerminkan realitas di lapangan dalam komunitas lokal. Dan ketika Anda mendiskusikan pembangunan berkelanjutan, pertimbangkan bagaimana kita dapat memastikan bahwa manfaat dari kemajuan ini mengalir langsung ke komunitas lokal Anda. (m/i)

Ilmu Untuk Kemanusiaan