Manokwari-unipa.ac.id – Tim Kajian Fakultas Kehutanan (Fahutan) Universitas Papua (Unipa) mendorong pengembangan Agroekowisata di Kabupaten Pegunungan Arfak, Provinsi Papua Barat.
Ketua Tim Kajian Fahutan Unipa Profesor Sepus Fatem menilai, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf) sangat cocok menjadi leading sector atau motor penggerak daerah yang terintegrasi dengan pertanian modern.
Ia mengatakan, dari 10 spot pariwisata andalan Kabupaten Pegaf yang dipetakan tim kajian Fahutan Unipa, destinasi Udohotma dan Kebun Bunga didorong menggunakan konsep agroekowisata.
“Seiring dengan platform pembangunan berkelanjutan, maka sektor-sektor hijau berupa jasa lingkungan menjadi fokus dalam rangka percepatan pembangunan di Provinsi Papua Barat,” ungkap Sepus Fatem saat diwawancarai TribunPapuaBarat.com di Manokwari, Senin (19/2/2024).
Profesor di bidang ilmu konservasi sumber daya alam, itu mengaku, ekowisata Pegaf sangat khas, karena merupakan perwakilan ekosistem terestrial di kawasan Kepala Burung Pulau Papua yang kaya akan keanekaragamn hayati.
Di Kabupaten Pegaf terdapat ekosistem danau di ketinggian lebih dari 1700 m di atas permukaan laut (dpl).
“Jika membuat perbandingan, di Papua hanya Danau Habema di Wamena, Danau Paniai dan Danau Anggi yang berada di ketinggian lebih dari 1500 m dpl, ditempat lain tidak ada,” ujar Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Unipa.
Ia menjelaskan, Pegaf berada di zona ketinggian maka kelembaban dan suhu dinginnya tinggi karena topografi wilayah pegunungan, bahkan sering disebut kabupaten kulkas. https://www.youtube.com/embed/wgQTkrwMARk Artinya, keadaan suhu demikian memberikan manfaat ekologi bagi pertanian masyarakat.
Produksi jenis sayur dan buah dataran tinggi seperti kentang, wortel, sawi dan markisa, nenas dan strawberry, maupun keragaman jenis bunga cukup melimpah.
Dalam dokumen RTRW Kabupaten Pegunungan Arfak, ucapnya, akan terlihat pola ruang Pegunungan Arfak ditetapkan sebagai kawasan strategis geopark.
Sedangkan fungsi hutan sekitar 277.335 ha atau 84,07 persen dari total luas Kabupaten Pegaf merupakan kawasan lindung.
Indeks bahaya tanah longsor sangat tinggi yakni 94 persen, dengan 80 persen wilayah berada pada morfologi pegunungan tinggi dan 61 persen kemiringan lahan diatas 40 persen.
“Selain itu, Pegunungan Arfak memilki perbedaan ekosistem dan budaya yang berbeda jauh dengan wilayah etnik lain di Papua Barat,” paparnya.
Ia mengaku, keunikan itu terlihat dari jenis burung cantik kelompok cenderawasih maupun kelompok burung pintar/bower bird, jenis mamalia primitif landak moncong panjang, Katak Arfak maupun Kanguru Pohon arfak, hingga corak kehidupan masyarakat Arfak.
Disebutkannya, Kawasan Pegunungan Arfak merupakan habitat dari kurang lebih 110 spesies mamalia dan 320 spesies aves.
“Di antara ratusan spesies burung, salah satu famili aves yang sudah menjadi perhatian dunia adalah anggota famili Paradisaeidae, yakni cenderawasih,” urainya.
Ia menyampaikan, Kawasan Pegunungan Arfak merupakan habitat empat spesies cenderawasih endemik, yaitu Parotia Arfak (Parotia sefilata), Vogelkop Superb-bird-ofparadise (Lophorina niedda), Paradigalla Ekor Panjang (Paradigalla carunculata), dan Astrapia Arfak (Astrapia nigra).
“Vogelkop Superb Bird-of-Paradise tergolong “spesies muda” karena baru ditemukan pada 2016,” imbuh Sepus Fatem.
Menurut dia, kualitas alam akan menentukan jumlah kunjungan dan minat.
Sehingga, dengan kebijakan Bupati Pegunungan Arfak dan Pemerintah Provinsi Papua Barat dalam mengenjot sektor pariwisata, merevisi RIPDA Papua Barat, maka Kabupaten Pegunungan Arfak akan unggul dalam ekowisata gunung yang terpadu dengan potensi SDA lainnya.
Artikel ini telah tayang Tribunpapuabarat.com dengan judul Prof Sepus Fatem: Pegunungan Arfak Cocok Jadi Motor Penggerak Daerah Pertanian Modern, https://papuabarat.tribunnews.com/2024/02/19/prof-sepus-fatem-pegunungan-arfak-cocok-jadi-motor-penggerak-daerah-pertanian-modern?page=2.
Penulis: Kresensia Kurniawati Mala Pasa | Editor: Libertus Manik Allo